...counting...

Thursday, August 2, 2012

The key of happiness

Bismillahirrahmanirrahim..


Alhamadulillah praise be only to Allah. Up till today, I am able to be here, in the dunya in order to worship only to Him, my Lord, my Love, Allah. To enable me taking the breath freely, and for giving me a lot of gifts to make my life complete. I really thank to Allah for everything He gives me. I can't do anything but to thank Allah by using all His gifts in the right way and be beneficial to other mankind.


It's already 12 days Ramadhan passing by. And Alhamdulillah, today I am able to be in 13 ramadhan. I'm so glad to have the opportunity to be in this blessed month until today. Allah loves me, thus give this reward for me to grab the chances in it fully. Subhanallah. Now it is me either to use the gift efficiently and effectively or just let it moves with nothing. One thing I do to make my Ramadhan interesting is by filling up the mutabaah form. By doing that, I can keep doing good deeds for everyday and add up another deed on my own.


increase your hammasah!


seeking knowledge is endless

--------------------------------------------

Perkongsian didalam usrah, dan moga bermanfaat pada semua..

Yahya bin Mu’adz ar-Razi pernah memberikan nasihat tentang kunci sukses dan bahagia. “Sungguh beruntung,” kata Ar-Razi, “orang yang meninggalkan harta sebelum harta meninggalkannya, membangun kuburan sebelum ia memasukinya, dan memcari ridha Tuhannya sebelum ia menemuiNya.”

Nasihat Ar-Razi ini begitu dalam, dan patut menjadi bahan renungan untuk mengevaluasi langkah-langkah kita selama ini. Mulai dari tujuan akhir. Yakni sukses dan bahagia yang hakiki. Sukses sebagai hambaNya yang berujung surga, bahagia selamanya berada di tempat kembali yang sangat mulia. Dan karena kebahagiaan itulah yang hakiki, ia pun mulai terasa sejak di dunia ini.


1- Meninggalkan harta sebelum harta meninggalkan kita

Ertinya bukanlah menjauhi harta atau tidak berusaha untuk kaya. Bukan, bukan demikian. Namun maknanya adalah zuhud; meletakkan harta di tangan, bukan membiarkannya berkuasa di hati. Mendapatkan harta, lalu memanfaatkannya untuk beribadah, berinfaq, berjihad dan berdakwah.

Meninggalkan harta sebelum harta meninggalkan kita, ertinya kita membelanjakan harta di jalan Allah sebelum harta itu lenyap dari kita. Apa yang kita infakkan itulah sebenarnya harta kita. Seberapa harta yang kita salurkan untuk amal kebajikan dan membantu sesama, itulah nilai kemanfaatan harta kita. Maka dalam Islam, tidaklah penting seberapa orang itu kaya, tetapi yang penting adalah seberapa besar kemanfaatan kekayaannya untuk Islam. Makanya ada sahabat yang kaya dan ada sahabat yang tidak punya. Allah tak pernah mencela keduanya.


Terdapat hubungan yang positif antara memberi/berbagi dengan perasaan bahagia. Penelitian menunjukkan hal itu. Sungguh sebuah khabar gembira di dunia sebelum sukses dan bahagia abadi di akhirat nanti.

 


2- Membangun kubur sebelum memasukinya
Manusia pernah hidup di alam rahim selama sekitar Sembilan bulan. Lalu rata-rata orang hidup di alam dunia selama sekitar 60 tahun. Setelah itu ia berada di alam kubur. Lamanya bisa bermacam-macam, terbentang sejak kematiannya hingga kiamat tiba. Mereka yang meninggal pada tahun 1012, misalnya. Bererti telah menghuni alam kubur selama 1000 tahun.

Alam kubur yang demikian panjang masanya haruslah disiapkan bekal sejak dini di dunia. Itulah makna membangun kubur sebelum memasukinya.
Menyiapkan bekal untuk perjalanan yang sangat lama. Bekalnya tak lain adalah ketaatan dan amal salih.

Saat seseorang menyiapkan diri membangun kubur dengan ibadah dan kebaikan, ia telah sedar bahawa ke sana ia menuju; cepat atau lambat. Ia yakin bila saja Allah boleh memanggil dan karananya ia siap. Kesiapan menghadapi kematian membuat orang merasa ringan menghadapi ujian dan rintangan dalam kehidupan. Ini karena, apapun yang dihadapi dalam hidup ini –ujian, sakit, cubaan, musibah- ia tak lebih hebat dari kematian yang telah bisa disadarinya. Maka orang yang menyiapkan kubur, ia tak mudah stress, tak mudah tertekan, tak mudah depresi. Sebaliknya, ia lebih mudah untuk bahagia.


3- Mencari ridha Tuhannya sebelum menemuiNya

Segala aktiviti dan pilihan hidup yang dijalani seseorang yang telah memegang kunci ini akan selalu diorientasikan pada keridhaan Ilahi. Apa yang ia jalani, apa yang ia alami, senantiasa dievaluasi dengan pertanyaan: “Apakah Allah meridhai ini?”

Dengan orientasi ridha Ilahi, seseorang tak lagi disibukkan dengan berbagai penilaian orang yang bermacam-macam. Yang penting Allah ridha, yang penting ia berada di jalan yang benar. Biarlah satu dua orang tak suka. Ia takkan dipusingkan dengan cela atu puji, apalagi sekedar menuruti gengsi. Dengan demikian hati lebih damai, hidupnya lebih bahagia.



so true~~


"O Allah, do not make the world our biggest concern"


...Teruskan mujahadah dan muhasabah...
May Allah Bless